
Perusahaan wadah makanan plastik kesayangan “emak-emak” dikabarkan bangkut. Meski sudah hampir 80 tahun berdiri Tupperware terancam bangkrut karena tidak dapat menghadapi perubahan industri.
Kabar mengenai kebangkrutan Tupperware membuka kembali kotak nostalgia para penggunanya. Wadah warna-warni yang biasa ada di rumah-rumah, bahkan tak jarang punya usia yang sudah cukup tua. Meski sudah bertahun-tahun bertahan dan jadi kebanggaan penggunanya, raksasa industri plastik tersebut kini terancam tidak dapat beroperasi lagi.
Table of Content
Tupperware Mengajukan Perlindungan Kebangkrutan
Mengutip dari Reuters, Tupperware Brand telah mengajukan pelrindungan kebangkuratn Bab 11 di Delware pada tanggal 17 September 2024. Menurut dokumen yang diajukan ke pengadilan, menyebutkan bahwa Tupperware memiliki utang sebesar $812 juta yang mendorong mereka untuk mengajukan perlindungan kebangkrutan.
Hal ini sudah dimulai sejak satu bulan sebelumnya dimana Tupperware mulai menyatakan keraguannya untuk tetap bertahan. Selain itu harga saham perusahaan juga anjlok selama setahun lalu, dan setelah berita kebangkrutan ini, saham Tupperware anjlok 15,8% menjadi 43 sen. Penurunan penjualan pada beberapa tahun terakhir juga memperburuk kondisi keuangan, yang mana menyebabkan Tupperware terancam bangkrut.
Sebelumnya, produsen wadah makanan ini sempat mendapatkan lonjakan permintaan selama pandemi berlangsung. Namun biaya tenaga kerja, bahan baku, dan juga pengiriman yang mengirimi lonjakan tersebut ternyata juga menjadi tantangan bagi Tupperware.
CEO Tupperware Laurie Goldman, mengungkapkan bahwa kondisi keuangan perushaaan sedang tidak baik-baik saja. Pihaknya juga sudah berupaya untuk menyelamatkan perusahaan pada tahun 2023 lalu dengan restrukturisasi utang hingga menandatangani perjanjian dengan bank Investasi Moelis & co untuk membantu mencari alternatif lainnya.
Alasan Tupperware Terancam Bangkrut
Kabar mengenai kebangkrutan Tupperware cukup menyita perhatian, terutama para pengguna setianya termasuk masyarakat Indonesia. Setelah 80 tahun berdiri dan mengalami masa kejayaannya pada tahun 1950-an, kini Tupperware harus menghadapi badai kebangkrutan.
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh tupperware adalah gagal beradaptasi dengan perubahan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Perubahan Tren
Perubahan perilaku masyarakat yang mulai beralih ke barang-barang ramah lingkungan dan mulai menghindari penggunaan plastik menjadi salah satu penyebab menurunnya minat konsumen. Meskipun tupperware juga ramah lingkungan, masyarakat mulai menghindari plastik dan memiliki produk dengan bahan lain seperti kaca. Kompetitor menangkap ini sebagai sebuah peluang yang mana Tupperware tidak masuk ke dalamnya.
2. Kurang Inovasi
Produk keluaran Tupperware terkenal di kalangan “emak-emak” dengan desain yang klasik dan kurangnya inovasi menjadikannya terkesan kolot dan tidak menarik bagi kalangan anak mudah. Misalnya, Tupperware hanya menyediakan barang-barang dengan desain dan warna yang terbatas, tidak banyak variasi dan inovasi dalam development produknya.
3. Strategi Marketing yang Gagal Menjaring Anak Muda
Tupperware terancam bangkrut, salah satunya karena kegagalan dalam mengadaptasi perubahan yang mana terlihat dari cara mereka melakukan penjualan. Kepopuleran barang ini disebarkan dari mulut ke mulut, penjualan yang independen dan terkesan eksklusif.
Persaingan pasar yang ketat baik secara online maupun offline membuat Tupperware kepayahan. Sebagaimana diketahui Tupperware tidak dijual melalui jaringan retail maupun media sosial. Kurangnya adaptasi terhadap perkembangan pasar dan perubahan perilaku konsumen berdampak signifikan terhadap penjualan.
4. Harga yang Tinggi
Tak dapat dipungkiri, jika produk-produk tupperware memiliki kualitas yang tinggi. Meski menjadi keunggulan, namun itu juga sekaligus menjadi kekurangan.
Kualitas tinggi yang dimiliki tupperware selaras dengan harganya yang cukup mahal. Saat ini banyak produk-produk serupa yang muncul di pasaran dengan harga yang lebih murah. Selain itu dengan kualitas yang bagus dan barang yang awet maka orang-orang akan jarang mengganti dan repurchase ke Tupperware.
Kegagalan adaptasi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Tupperware terancam bangkrut. Kegagahan dan kejayaan yang selama berpuluh-puluh tahun dalam runtuh dalam sekejap karena tidak mampu bersaing dengan perubahan pasar yang bergerak sangat cepat.
Kelas HR
Grow Together