Setiap tanggal 1 Mei diperingati sebagai hari buruh dunia. Peringatan tersebut menjadi momen untuk mengingat kembali perjuangan para pekerja global dalam memperjuangkan hak-haknya. Di Indonesia sendiri tanggal 1 Mei banyak diwarnai dengan aksi demo dari serikat buruh di berbagai daerah untuk menyampaikan aspirasi dan memperjuangkan hak pekerja yang layak.
Namun, meski telah lama dirayakan, masih banyak yang belum mengetahui sejarah hari buruh itu sendiri. Dalam momentum hari buruh kali ini, mari kita kulik lebih dalam, asal usul terbentuknya hari buruh dalam penjelasan berikut!
Table of Content
Apa yang Dimaksud Buruh?
Tanggal 1 Mei diperingati sebagai hari buruh dan menjadi hari libur nasional di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Namun siapa yang dimaksud buruh tersebut?
Jika mengacu pada KBBI, buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapatkan upah. Sedangkan menurut UU No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan yang dimaksud dengan buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Dengan demikian buruh yang dimaksud disini bukah hanya buruh pabrik atau buruh tani. Namun setiap pekerja yang bekerja dan mendapatkan upah dari orang lain adalah seorang buruh.
Latar Belakang Hari Buruh
Tercetusnya 1 Mei sebagai hari buruh internasional dan nasional, serta dirayakan oleh beberapa negara di dunia, menyimpan sejarah yang panjang. Hal ini diawali dengan aksi buruh di Chicago, Amerika Serikat yang menuntut jam kerja dan upah yang layak pada tahun 1886.
Mengutip dari The New York Times, pada akhir tahun 1800-an banyak pekerja Amerika yang bekerja overtime tanpa dibarengi dengan upah yang layak. Banyak pekerja, bahkan anak-anak yang bekerja kerja 12 jam per hari, 7 hari seminggu di bidang pertanian, pertambangan, dan juga pabrik. Pekerjaan tersebut menguras fisik dan tenaga, namun upah yang diberikan tidak sepadan.
Kondisi inilah yang menjadi cikal bakal demonstrasi besar besaran di balai kota New Yok pada 5 September 1882 yang dikenal sebagai hari buruh pertama. Dalam artikel yang ditulis oleh The New York Times, menyebutkan bahwa setidaknya adalah 10.000 orang yang turut berpartisipasi pada kegiatan tersebut yang menyerukan tuntutan 8 jam kerja per hari dan larangan menggunakan tenaga kerja narapidana.
Insiden Haymarket
Melansir dari laman RRI.co.id, revolusi industri yang terjadi pada abad ke-19 di Inggris memberikan perubahan besar terhadap hubungan buruh dengan pengusaha. Sebab proses revolusi yang masif menyebabkan para pengusaha mengesampingkan nasib para pekerjanya.
Hal ini menyebabkan ketegangan antara buruh dan pengusaha kian memanas. Mulai tahun 1884, buruh menyerukan pemogokan dan menuntut 8 jam kerja sehari pada tanggal 1 Mei 1884. Puncaknya terjadi pada tanggal 1 Mei 1886 ketika pekerja di Amerika Serikat melakukan mogok kerja besar-besar dan demo untuk menuntut hak-haknya.
Aksi tersebut menuntut jam kerja yang layak, kondisi kerja yang aman, dan juga gaji yang lebih baik. Namun aksi dari para demonstran tersebut berakhir dengan kekerasan dan kematian.
Aksi demo tersebut terjadi selama 4 hari, dan puncaknya terjadi pada tanggal 4 Mei 1886 dimana sebuah bom meledak yang menewaskan 7 petugas polisi dan 8 warga sipil, serta banyak yang mengalami luka-luka. Tak hanya itu saja, setidaknya ada 4 aktivis buruh yang dipenjara dan dijatuhi hukuman mati karena tuduhan tindakan terorisme. Insiden ini dikenal dengan tragedi Haymarket.
Beberapa tahun kemudian federasi internasional kelompok sosialis dan juga serikat pekerja menetapkan 1 Mei sebagai hari buruh untuk memberikan dukungan kepada pekerja. Hal itu kemudian diikuti oleh setidaknya 66 Negara di Dunia termasuk Indonesia dan dikenal sebagai hari buruh internasional dan hari libur resmi.
Sejarah Hari Buruh di Indonesia
Hari buruh adalah simbol perjuangan panjang untuk menegakkan hak-hak pekerja di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, perayaan hari buruh pertama kali dilakukan pada tahun 1920, dimana Indonesia masih dalam masa penjajahan Belanda.
Pekerja Indonesia yang bekerja di sektor perkebunan dan industri banyak mengalami perlakukan yang tidak manusiawi, eksploitasi dan juga kekerasan. Hal itu juga diperparah dengan upah yang rendah dan tidak ada jaminan kerja.
Namun gelora perayaan hari buruh itu mulai redup di Era Orde Baru. Mengutip dari CNBC Indonesia, hal itu disebabkan karena peringatan hari buruh ini dianggap identik dengan paham komunis dan ancaman sebagai keamanan negara setelah pecahnya peristiwa G30S/PKI.
Kendati demikian, setelah rezim orde baru runtuh, kegiatan buruh kembali marak dilakukan. Hingga pada tanggal 1 Mei 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari libur nasional memperingati hari buruh.
Hari Buruh Sebagai Momentum Perjuangan dan Solidaritas
Dari tahun ke tahun, perayaan hari buruh menjadi ajang untuk menyuarakan aspirasi pekerja dan menuntut hak-haknya. Mulai dari pembayaran upah, jam kerja, cuti, tunjangan, lembur dan lain sebagainya.
Hak-hak pekerja yang bisa dinikmati dengan layak saat ini tidak lepas dari perjuangan panjang para serikat buruh dan pekerja dalam memperjuangkan hak bersama. Dengan demikian dapat terwujud keadilan dan kesejahteraan untuk semua pekerja secara global. Makna perayaan hari buruh ini mencakup beberapa aspek penting, diantaranya adalah:
- Bentuk penghargaan terhadap peran pekerja dalam perkembangan ekonomi dan kemajuan sosial.
- Sebagai bentuk advokasi mengenai pentingnya hak-hak pekerja.
- Hari buruh juga menjadi kesempatan untuk refleksi terhadap tantangan ketenagakerjaan yang dihadapi saat ini.
- Menjadi bentuk solidaritas dan persatuan antara pekerja.
- Hari buruh menjadi bentuk penghargaan terhadap sejarah perjuangan.
Itu tadi adalah sejarah hari buruh hingga bisa menjadi hari penting nasional dan banyak dirayakan di berbagai negara. Perayaan hari buruh nasional dan internasional menjadi wadah bagi pekerja untuk menyuarakan aspirasinya dan mempererat solidaritas antar pekerja.
Kelas HR
Grow Together