Sebuah kabar yang mengejutkan datang dari salah satu Big 4 Company, EY (Ernst & Young) yang menjadi sorotan hingga mancanegara. Seorang karyawan EY meninggal dunia yang diduga karena tingginya tekanan di lingkungan kerja.
Kejadian ini tidak hanya menyisakan kesedihan yang mendalam bagi yang ditinggalkan, tetapi juga memunculkan berbagai pertanyaan mengenai penyebab kematian yang sebenarnya. Untuk lebih jelasnya simak penjelasan di bawah ini.
Penyebab Karyawan EY Meninggal
Mengutip dari CNBC Indonesia, kejadian kemalangan ini terjadi pada seorang karyawan muda Anna Sebastian yang saat itu berusia 26 tahun. Anna baru saja bergabung dengan firma akuntansi EY menjadi seorang akuntan selama 4 bulan.
Kematian karyawan EY tersebut lantas menjadi sorotan publik. Hal ini lantaran spekulasi publik mengenai lingkungan kerja yang ada di EY. Kematian Anna memperkuat spekulasi tentang tingginya tekanan kerja di tempat tersebut.
Anna dikabarkan meninggal pada 20 Juli 2024 setelah 4 bulan bekerja di EY. Dalam kurun waktu tersebut, Anna mengalami banyak tekanan yang mana hal ini terungkap dalam surat yang dikirimkan Anita Agustine (Ibu Anna Sebastian) kepada pimpinan EY.
Dalam surat tersebut Anita menjelaskan bahwa anaknya mengalami banyak beban kerja, lingkungan baru, jam kerja yang panjang dan membebani secara fisik, mental, dan emosional. Anita juga menjelaskan bahwa Anna seringkali mendapatkan tugas tambahan di luar job desk nya dan harus bekerja lembur hingga larut malam bahkan akhir pekan.
Kondisi Anna yang terus dibombardir dengan pekerjaan ini membuatnya mengalami “penyempitan dada” selama satu pekan sebelum kematiannya. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter hal ini disebabkan karena kurang tidur dan kebiasaan makan larut malam. Mirisnya, setelah kematian Anna tak ada satupun perwakilan dari pihak EY yang datang pada hari terakhirnya.
Pentingnya Kesejahteraan Karyawan di Tempat Kerja
Kasus kematian ini sangat mencoreng nama besar EY sebagai perusahaan Big 4, sekaligus menjadi mengingatkan bagi kita semua tentang pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental dan fisik di tempat kerja. Tekanan kerja yang berlebihan dapat berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental individu. Banyak karyawan yang mungkin merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi yang ditetapkan oleh perusahaan, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Stres dan kelelahan dalam bekerja merupakan hal yang wajar. Namun hal itu perlu diantisipasi sejak dini dan ditangani dengan segera agar tidak menyebabkan masalah yang lebih serius kedepannya.
Mengutip dari Hindustan Times, seorang Psikolog Klinis, Pulkit Sharma menjelaskan bahwa karyawan yang bekerja di lingkungan yang toxic sangat berpengaruh pada kesehatan mental dan fisik. “Tingkat pergantian karyawan yang tinggi dan work life balance yang buruk juga berkontribusi terhadap stres di tempat kerja yang berujung pada kelelahan. Karyawan di lingkungan seperti itu sering merasa terlalu banyak bekerja dan tidak didukung”, ujarnya.
Tanggapan Pihak Manajemen EY
Menanggapi kejadian tragis ini, pihak manajemen EY, Rajiv Memani mengeluarkan pernyataan resmi yang menyampaikan rasa duka mendalam atas kehilangan tersebut. Rajiv juga menjelaskan bahwa pihaknya sangat berkomitmen untuk memelihara lingkungan kerja yang sehat dan harmonis. Selain itu Rajiv juga menepis anggapan budaya kerja yang buruk di perusahaan EY.
Dalam pernyataannya, Rajiv menjelaskan bahwa pihaknya telah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu karyawannya menghadapi masa-masa sulit. Perusahaan juga berjanji untuk meningkatkan komunikasi mengenai pentingnya work life balance dan memberikan mengutamakan kesejahteraan karyawan.
Dari kasus karyawan EY meninggal dunia ini adalah pengingat menyakitkan bahwa tekanan dalam dunia kerja bisa memiliki konsekuensi yang sangat serius. Kari yang menjanjikan justru berakhir dengan tragis. Kejadian ini juga menjadi pengingat mengenai pentingnya kesejahteraan karyawan di tempat kerja.
Kelas HR
Grow Together