Impulsive buying atau pembelian impulsif merupakan musuh terbesar dalam proses mengelola keuangan. Sebab, tindakan yang satu ini merupakan perilaku pemborosan yang sering tidak disadari.
Bahkan, orang-orang sering menggunakan hal ini sebagai bentuk healing atau yang dikenal dengan shopping therapy. Mungkin melakukan pembelian impulsif terlihat tidak berbahaya, namun hal ini bisa jadi berbahaya bagi sebagian orang, bahkan bisa menyebabkan munculnya penyesalan dan masalah pada keuangan.
Table of Content
Apa Itu Impulsive Buying?
Siapa yang tidak suka belanja? Aktivitas yang satu ini bahkan menjadi tren yang banyak digandrungi. Kegiatan seperti shopping therapy dianggap sebagai bentuk hiburan yang menyenangkan.
Namun tindakan tersebut seringkali dihubungkan dengan tindakan impulsive buying yang mana merupakan kegiatan konsumtif yang dilakukan secara tidak sadar dan tanpa perencanaan. Dilansir dari Journal of Retailing and Consumer Service, pembelian impulsif diartikan sebagai tindakan yang terjadi ketika konsumen mengalami dorongan yang tiba-tiba, sering kali kuat, dan terus-menerus untuk membeli sesuatu dengan segera.
Pembelian impulsif ini memberikan dorongan secara emosional untuk membeli sesuatu. Selain itu, pembelian impulsif dilakukan tanpa memperhatikan konsekuensi kedepannya.
Pembelian impulsif memang bukanlah hal yang berbahaya sebagaimana yang banyak diyakini oleh kebanyakan orang. Hal ini dianggap sebagai bentuk “khilaf” ketika menemukan barang-barang yang terlihat menggoda dan sayang untuk dilewatkan. Namun sayangnya, efek negatif dari pembelian impulsif ini adalah bisa menyebabkan penyesalan dan juga masalah pada sisi keuangan jika terus menerus melakukan impulsive buying.
Apa Saja Tanda Impulsive Buying?
Perilaku impulsif saat membeli sesuatu bisa menjadi masalah jika tidak sesuai dengan anggaran keuangan yang dimiliki. Masalah keuangan ini bisa berdampak besar bagi kehidupan seseorang, oleh sebab itu untuk menghindarinya penting sekali untuk menahan diri dari melakukan pembelian-pembelian impulsif yang tidak terencana.
Orang-orang yang melakukan hal ini sering kali tidak sadar telah melakukannya. Oleh sebab itu, menurut Ginsberg Gingras ada 6 tanda yang menunjukkan perilaku impulsive buying, yaitu sebagai berikut:
1. Mencari Kepuasan Instan
Ciri pertama bahwa kamu melakukan pembelian impulsive adalah mencari kepuasan dari tindakan tersebut. Orang-orang sering menyebutnya sebagai shopping therapy yang mana biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sedang dalam kondisi suasana hati yang buruk untuk mendapatkan kepuasan instan dengan berbelanja.
Hal yang buruk dari kegiatan ini adalah apabila budget yang dimiliki tidak sesuai dengan pengeluaran. Terlebih lagi jika hal tersebut justru menyebabkan masalah keuangan lain seperti hutang.
2. Berdalih Sebagai Self Reward
Tindakan impulsif dengan berbelanja barang-barang yang direncanakan seringkali diklaim sebagai bentuk self reward. Hal ini terjadi ketika seseorang sudah bekerja keras dan merasa berhak untuk mendapatkan imbalan yang sesuai.
3. Mengeluarkan Banyak Biaya untuk Hal yang Kurang Penting
Seperti yang disebutkan sebelumnya tentunya impulsive buying akan menyebabkan pengeluaran yang lebih banyak dari yang semestinya. Hal ini karena membeli barang-barang yang tidak direncanakan sebelumnya dan hanya mengandalkan kepuasan sesaat saat mengambil keputusan pembelian tersebut.
4. Berbelanja Untuk Menghilangkan Masalah
Menyelesaikan masalah dengan masalah, adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan tindakan yang satu ini. Umumnya seseorang yang merasa tertekan karena sesuatu akan mencari pelarian untuk melupakan masalah yang dihadapi dan sedikit bersantai sejenak.
Hal tersebut mungkin bukanlah masalah besar. Namun akan menjadi masalah jika memilih untuk berbelanja dikala stress hanya untuk menghindar dari masalah. Sebab ketika datang ke toko hal tersebut justru dapat memicu impulsive buying yang tidak sehat bagi keuangan.
5. Menyesal Setelah Membeli
Munculnya rasa penyesalan setelah membeli sesuatu juga merupakan salah satu tanda bahwa kamu sudah melakukan pembelian impulsif. Rasa senang dan kepuasan yang didapatkan dari pembelian impulsif hanya dirasakan sesaat dan setelah menyadari bahwa baru saja melakukan tindakan impulsif akan menyebabkan rasa penyesalan karena sudah memberi secara berlebihan atau membeli barang-barang yang tidak esensial.
6. Berbelanja Karena Mengikuti Tren
Mudahnya akses informasi di media sosial membuat orang-orang mudah untuk melihat barang-barang yang sedang hype dan dimiliki oleh orang lain. Hal itu memicu munculnya rasa kompetitif dan ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain.
Nah, itu tadi adalah beberapa tanda bahwa kamu sering melakukan impulsive buying. Meskipun bukan hal yang berbahaya, namun hal ini bisa mengancam kesehatan keuangan kamu jika tidak sesuai dengan anggaran yang semestinya.