Dunia kerja saat ini sudah mulai diisi oleh multigenerasi, mulai dari baby boomers hingga Gen Z. Dengan preferensi kerja dan karakter tiap generasi yang berbeda-beda, hal ini bisa menyebabkan miskomunikasi hingga menimbulkan konflik yang tidak terelakkan. Oleh sebab itu penting bagi HR untuk memahami bagaimana cara mengelola konflik antar generasi di tempat kerja tersebut.
Di sisi lain, lingkungan kerja dengan multigenerasi juga memiliki beberapa manfaat. Dengan mengoptimalkan strategi dalam mengelola SDM di tempat kerja, perusahaan bisa mendapatkan manfaat yang sesungguhnya dari kondisi ini.
Stereotipe yang merugikan, seperti menyalahkan salah satu generasi dapat memicu konflik di tempat kerja. Dengan demikian alih-alih mendapatkan manfaat justru dapat menghambat produktivitas dan kinerja di tempat kerja. Nah, berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pengelolaan konflik antar generasi yang mungkin terjadi di tempat kerja.
Table of Content
Tenaga Kerja yang Multigenerasi
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai cara mengelola konflik antar generasi maka perlu dipahami terlebih dahulu apa itu tenaga kerja multi generasi. Keragaman usia yang ada di tempat kerja saat ini sudah menjadi hal yang umum.
Mengutip dari Cake.com, pada tahun 20230 tenaga kerja Gen Z akan mencapai 30% dari total tenaga kerja. Dan di tahun yang sama, studi dari Brain and Company menemukan bahwa di tahun 2030 tersebut ada sekitar 150 juta pekerjaan yang akan beralih ke pekerja dengan usia di atas 55 tahun.
Dengan keberagamaan usia di tempat kerja biasanya diisi oleh empat hingga 5 generasi. Berikut ini adalah beberapa generasi yang ada di dunia kerja saat ini:
- Generasi Baby Boomers – lahir tahun 194-1964
- Generasi X – lahir tahun 1965-1980
- Generasi Y (Milenial) – lahir tahun 1981-1996
- Generasi Z – lahir tahun 1997-2012
Penyebab Konflik Antar Generasi
Kehadiran generasi yang beragam di tempat kerja bisa memperluas perspektif dan memberikan kolaborasi yang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Dengan demikian HR sebagai pihak yang memiliki andil besar dalam pengelolaan SDM perlu memahami bagaimana cara mengelola tenaga kerja yang multigenerasi ini.
Perbedaan bisa menyebabkan konflik, apalagi dengan gap antar generasi yang cukup jauh. Dalam dunia kerja dengan tenaga kerja yang multigenerasi, berikut ini adalah beberapa hal yang bisa menjadi penyebab konflik:
- Perbedaan preferensi.
- Kurangnya komunikasi yang menyebabkan kesalahpahaman.
- Konflik peran dan ekspektasi antar generasi.
- Perubahan sosial dan teknologi yang sulit diikuti terutama oleh generasi yang lebih tua.
- Ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi.
Cara Mengelola Konflik Antar Generasi
Setiap generasi memiliki cara komunikasi dan bekerja yang berbeda-beda. Tak hanya itu, perbedaan usia yang signifikan juga seringkali menjadi salah satu penyebab konflik.
Ageisme, merupakan salah satu masalah kultural yang menjadi tantangan bagi dunia kerja yang multigenerasi ini. Nah, berikut adalah beberapa cara mengelola konflik antar generasi yang bisa dilakukan oleh perusahaan:
1. Kenali Karakteristik Setiap Generasi
Cara pertama yang perlu dilakukan oleh HR dalam mengelola konflik antar generasi adalah dengan mengenal karakter dari masing-masing generasi tersebut. Setiap generasi memiliki nilai dan cara kerja yang berbeda.
Sebagai contoh, Baby Boomers cenderung memiliki semangat kerja keras dan cenderung senioritas. Sedangkan generasi milenial lebih fleksibilitas dan bisa beradaptasi dengan teknologi.
Hal ini tentu akan sangat berbeda dengan Generasi Z yang lahir sebagai digital native. Mereka memiliki cara kerja yang fleksibel, inklusif dan sangat mengandalkan teknologi digital. Dengan memahami perbedaan ini, perusahaan dapat menciptakan strategi komunikasi dan manajemen yang lebih efektif.
2. Dorong Komunikasi Terbuka
Berikutnya, kesalahpahaman sering menjadi akar konflik. Oleh sebab itu, salah satu cara mengelola konflik antar generasi ini adalah dengan memfasilitasi komunikasi terbuka dalam tim melalui rapat rutin, diskusi tim, atau sesi umpan balik. Beri ruang bagi setiap karyawan untuk menyampaikan pandangan mereka tanpa takut dihakimi.
3. Ciptakan Proyek Kolaboratif Lintas Generasi
Selanjutnya, untuk mendapatkan manfaat dari adanya multi generasi dalam tim tanpa membeda-bedakan antara satu generasi dan lainnya, perusahaan bisa membuat proyek yang melibatkan kerjasama lintas generasi. Generasi muda bisa memberikan andil dalam hal penggunaan teknologi yang lebih unggul, sementara generasi senior memberikan pandangan strategis berdasarkan pengalaman.
4. Penerapan Gaya Kepemimpinan Fleksibel
Tak bisa dipungkiri jika gaya kepemimpinan juga sangat berpengaruh terhadap pengelolaan tim. Pemimpin yang efektif mampu menyesuaikan pendekatan mereka sesuai dengan kebutuhan anggota tim dari berbagai generasi. Misalnya, gunakan kolaboratif untuk generasi yang mengutamakan kebebasan dan fleksibilitas seperti Generasi Milenial dan Gen Z.
5. Fokus pada Tujuan Bersama
Terakhir, untuk mengatasi adanya konflik antar generasi, penting sekali bagi pemimpin untuk menekankan pentingnya tujuan bersama. Dalam kerja sama tim, tujuan bersama adalah prioritas, hal ini hanya sekedar kepentingan si A atau si B tapi kepentingan bersama mencapai target tim atau perusahaan.
Kelas HR
Grow Together