
Resign dari pekerjaan adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kenaikan karir yang lebih baik. Namun, akhir-akhir ini muncul fenomena job hugging dimana resign tak lagi menjadi pilihan terbaik dan mencari pekerjaan baru tak lagi menjadi tawaran yang menarik.
Karyawan cenderung untuk memilih bertahan di tempat kerja saat ini. Job hugging adalah sebuah kondisi di mana seseorang “memeluk” pekerjaannya erat-erat, bukan karena cinta atau loyalitas, tetapi karena ketakutan akan ketidakpastian di luar sana.
Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang fenomena job hugging: mulai dari pengertian, penyebab, dampak bagi karier, hingga bagaimana cara mengatasinya. Yuk, simak penjelasan lengkapnya.
Apa Itu Fenomena Job Hugging?
Secara sederhana, fenomena job hugging adalah situasi ketika seseorang tetap bertahan dalam pekerjaannya saat ini meskipun tidak lagi merasa puas, termotivasi, atau bahagia. Mereka enggan untuk berpindah karena merasa pekerjaan saat ini menawarkan “keamanan” yang tidak mereka yakin bisa dapatkan di tempat lain.
Berbeda dari loyalitas kerja yang lahir dari keterikatan emosional positif, job hugging justru lebih sering dilandasi oleh rasa takut. Takut tidak mendapat pekerjaan baru, takut gagal di tempat baru, takut kehilangan stabilitas finansial, dan bahkan takut terhadap hal yang tidak diketahui (fear of the unknown).
Penyebab Fenomena Job Hugging
Ada banyak alasan mengapa seseorang terjebak dalam fenomena job hugging. Mengutip dari CNBC, Konsultan Korn Ferry menilai bahwa karyawan saat ini lebih memilih untuk menahan diri daripada mengambil risiko.
Di tengah ketidakpastian ekonomi, job hugging memberikan rasa aman kepada karyawan. Fenomena ini tak hanya terjadi di Indonesia, namun telah menjadi fenomena yang terjadi secara global. Data dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa tren pengundunduran diri tahun 2025 hanya 2%, terendah dalam satu dekade.
Pasar kerja saat ini mengalami stagnasi, proses perekrutan melemah, pengunduran diri menurun. Hal ini terjadi karena adanya beberapa hal, antaranya:
1. Ketidakpastian Ekonomi
Guru besar UGM, menyebutkan bahwa faktor utama dari fenomena job hugging ini adalah faktor keamanan finansial dan stabilitas ekonomi. Prof. Dr. Tadjuddin Noer Effendi, M.A. bahkan mengungkapkan bahwa fenomania ini bukanlah hal yang baru melainkan fenomena yang telah terjadi sejak lama. Di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu seperti inflasi tinggi, pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, dan kenaikan biaya hidup membuat banyak pekerja memilih untuk tidak mengambil risiko dengan pindah kerja.
2. Terjebak Zona Nyaman
Selain faktor stabilitas ekonomi, bertahan di zona nyaman juga menjadi salah satu penyebab fenomena job hugging, Setelah bekerja selama bertahun-tahun di satu tempat, seseorang mungkin merasa sudah sangat familiar dengan ritme kerja, sistem, dan rekan kerja. Pergi ke lingkungan baru berarti harus mulai dari nol lagi, yang bisa terasa menakutkan.
Dampak Fenomena Job Hugging Terhadap Karier
Meski terlihat aman dan stabil, fenomena job hugging justru bisa menjadi jebakan karier yang menghambat pertumbuhan dan kepuasan kerja dalam jangka panjang. Job hopping bisa memberikan efek domino pada beberapa hal berikut ini:
1. Stagnasi Karir
Dengan tetap berada di zona nyaman, peluang untuk belajar hal baru, naik jabatan, atau memperluas jejaring profesional bisa terhambat. Akibatnya, perkembangan karier menjadi lambat bahkan berhenti total.
2. Menurunnya Produktivitas dan Motivasi
Seseorang yang tidak bahagia dalam pekerjaannya biasanya cenderung bekerja seadanya. Kurangnya semangat dan keterlibatan bisa berdampak pada kinerja tim dan perusahaan secara keseluruhan.
3. Kesehatan Mental Terganggu
Job hugging yang berkepanjangan bisa memicu stres, burnout, hingga gangguan kecemasan. Perasaan terjebak namun tidak berani keluar menjadi beban psikologis yang serius.
4. Kehilangan Potensi Pendapatan Lebih Besar
Berpindah kerja secara strategis bisa menjadi cara untuk meningkatkan gaji dan benefit. Namun karena memilih bertahan, pekerja job hugging bisa kehilangan kesempatan itu.
Cara Mengatasi Fenomena Job Hugging
Menghadapi fenomena job hugging bukan berarti harus langsung resign. Namun, penting untuk mengambil langkah sadar demi masa depan karier yang lebih baik. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:
1. Refleksi dan Evaluasi Diri
Tanyakan pada diri sendiri: Apa alasan saya bertahan? Apakah pekerjaan ini masih memberikan makna dan pertumbuhan? Apakah saya benar-benar takut, atau hanya malas keluar dari zona nyaman?
2. Perbarui Keterampilan dan Portofolio
Mulailah belajar kembali, ambil kursus, atau ikut pelatihan. Meningkatkan skill akan membangun rasa percaya diri dan membuka peluang lebih banyak.
3. Bangun Jejaring Profesional
Networking bukan hanya soal mencari kerja, tapi juga membuka perspektif baru. Dengan berbicara pada orang-orang dari industri lain, kamu bisa tahu bahwa dunia luar tidak selalu seburuk yang dibayangkan.
4. Buat Rencana Pindah yang Terukur
Tidak perlu langsung pindah kerja. Mulailah dengan riset pasar kerja, perbarui CV dan LinkedIn, lalu kirim beberapa lamaran. Proses ini bisa menjadi latihan mental untuk keluar dari kebiasaan “memeluk pekerjaan” terlalu erat.
5. Bicarakan dengan Mentor atau Profesional
Jika kamu merasa sangat bimbang, berbicara dengan HR, mentor, atau bahkan konselor karier bisa membantu membuka wawasan dan mengurangi rasa takut.
Fenomena job hugging memang menjadi tren di kalangan pekerja saat ini, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi dan pasar kerja yang kompetitif. Namun, terlalu lama terjebak dalam kondisi ini bisa menghambat perkembangan pribadi dan profesional.
Intensive HR Training, Belajar HR Bareng Profesional!
Untuk mengoptimalkan pengelolaan HR di perusahaan perlu memiliki talent-talent HR yang profesional. Oleh karena itu, untuk menjadi HR yang next level dan memiliki pemahaman yang menyeluruh seputar HR, yuk belajar HR hanya di Kelas HR. Dengan 50++ kelas yang bisa diikuti, kamu bisa belajar HR dari A-Z dan bergabung dengan grup profesional HR dari seluruh Indonesia. Ada kelas gratis juga tiap bulan, lho !
Jadi, tunggu apa lagi?
Kelas HR
Grow Together
