1. Rekrutmen dan Seleksi yang Tidak Tepat: Tanpa pemahaman yang baik tentang job analysis, HR mungkin kesulitan dalam merancang deskripsi pekerjaan yang akurat dan menentukan kriteria seleksi yang tepat. Akibatnya, proses rekrutmen dan seleksi dapat menghasilkan calon karyawan yang tidak sesuai dengan kebutuhan sebenarnya.
2. Penempatan Karyawan yang Salah: Kurangnya pemahaman tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing posisi dapat menyebabkan HR menempatkan karyawan pada peran yang tidak sesuai dengan keterampilan, pengalaman, atau minat mereka. Ini dapat mengakibatkan kinerja yang buruk dan ketidakpuasan kerja.
3. Kesulitan dalam Pengembangan Karyawan: Tanpa pemahaman yang baik tentang job analysis, HR mungkin kesulitan dalam merancang program pengembangan karyawan yang efektif. Mereka mungkin gagal mengidentifikasi kebutuhan pengembangan individu dan tim, serta merancang pelatihan yang sesuai.
4. Evaluasi Kinerja yang Tidak Akurat: Kurangnya pemahaman tentang job analysis dapat menyebabkan HR menetapkan standar kinerja yang tidak realistis atau tidak relevan dengan tugas dan tanggung jawab sebenarnya. Ini dapat mengakibatkan evaluasi kinerja yang tidak akurat atau tidak adil.
5. Ketidaksesuaian dengan Kebutuhan Organisasi: Tanpa pemahaman yang baik tentang job analysis, HR mungkin gagal mengidentifikasi perubahan kebutuhan organisasi atau tren dalam struktur pekerjaan. Ini dapat mengakibatkan kebijakan, prosedur, atau praktik HR yang tidak sesuai dengan kebutuhan sebenarnya organisasi.
6. Pemborosan Sumber Daya: Kesalahan dalam rekrutmen, penempatan karyawan yang tidak tepat, dan evaluasi kinerja yang buruk dapat mengakibatkan pemborosan sumber daya organisasi dalam bentuk biaya waktu, tenaga, dan keuangan.

“Oleh karena itu, penting bagi HR untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai dalam bidang job analysis untuk mendukung tujuan organisasi secara keseluruhan”.